Rilidigital – Koalisi Perubahan Untuk Persatuan tidak kaget dengan keputusan Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional bergabung dengan Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa untuk mencalonkan calon presiden dari Gerindra, Prabowo Subianto. Keputusan tersebut bahkan di sebut sebagai percobaan kedua dari aparat setelah Koalisi Indonesia Bersatu kandas.
“Seperti yang sudah kita duga sebelumnya, partai akan berbondong-bondong ke Gerindra karena ada sinyal kekuasaan ke sana. Ini logis dan realistis, terutama bagi partai yang memiliki potensi masalah hukum, bergabung dengan koalisi,” ujar Pj Sekjen Partai Nasdem Hermawi Taslim, Minggu (13/8/2023).
Lebih lanjut ia menyebutkan, bergabungnya empat partai politik, Gerindra-Golkar-PKB-PAN, dalam satu koalisi, sebagai eksperimen kedua partai penguasa setelah eksperimen pertama gagal total. Eksperimen pertama merujuk pada pembentukan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).
Baca Juga: Ditetapkan Tersangka Kecelakaan, Anggota DPRD Lampung Tak Ditahan
KIB di bentuk pada pertengahan Mei 2022. Terdiri dari Golkar, PAN, dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Semula, koalisi ini berencana mengajukan calon presiden dan wakil presiden sendiri untuk pemilihan presiden 2024. Tak hanya itu, sejumlah elit partai koalisi menyebut koalisi sebagai “wadah” calon presiden dan wakil presiden yang di dukung oleh Presiden Joko Widodo.
Namun, dalam perjalanannya, PPP memutuskan untuk mendukung calon presiden PDI-P, Ganjar Pranowo. Dan kabar terbaru Golkar dan PAN memutuskan mendukung Prabowo.
Baca Juga: PPKS di Jakarta Barat Terjaring ,Januari-Juli 2023, 1.001
Meski banyak partai yang bergabung dengan Partai Gerindra, Hermawi menegaskan partainya bersama Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera dalam Koalisi Persatuan dan Perubahan tidak akan terganggu.
“Koalisi untuk perubahan tetap solid dan optimis menghadapi koalisi baru ini,” imbuhnya.
Wakil Tim Sukses Demokrat Kamhar Lakumani mengatakan, pihaknya menghormati kedaulatan dan sikap politik setiap partai dalam menentukan arah dan dukungan politiknya terkait Pilpres 2024, termasuk Golkar dan PAN. Pihaknya juga mengaku tidak kaget dengan keputusan yang di ambil kedua belah pihak.
“Apalagi sejak awal, PAN, Golkar, dan PPP telah membentuk poros koalisinya sendiri yang tergabung dalam KIB yang di kenal publik sebagai kendaraan politik yang di siapkan bagi capres dan cawapres yang di inginkan oleh Pak Jokowi. adalah di namika politik yang kemudian terjadi, melebur, dan berubah konfigurasi, pada dasarnya tidak menyimpang dari alasan awal keberadaannya, menjadi kendaraan politik bagi figur-figur yang di inginkan Pak Jokowi,” jelasnya.
Baca Juga: ANTARA laksanakan workshop PSO, tingkatkan berita berkualitas
KPP, tegasnya, tidak terganggu dengan keputusan Golkar dan PAN.
KPP dengan Anies Baswedan sebagai calon presiden yang di usungnya telah mempersiapkan diri dengan
berbagai skenario untuk menghadapi Pilpres 2024, termasuk skenario tiga pasangan calon presiden dan
wakil presiden yang memiliki potensi besar ke depan.